Cowok Cantik Part 17

Cowok Cantik Part 17

“Gw gk tahu kalau lo sebejat ini San.” Itu kata-katanya. Laki-laki di seberang sana.. dan aku baru sadar, bahwa dia adalah Rama.

Rama berlari ke luar dan aku ambruk ke lantai. Heri tidak sempat melihat ku karena dia pergi mengejar Rama. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkin Rama akan sangat membenci aku dan sampai membocorkan tentang kami ke semua orang. Atau dia hanya akan pergi meninggalkan kami dengan menyimpan semua ini sebagai rahasianya sendiri. Aku harap ada yang lebih baik dari itu.

“Ini salah ku sayang. Rama udah pergi.” Ucap Heri setelah kembali mengejar Rama.

Aku tak berkata apapun. Ini juga salah ku. Tak mungkin ini terjadi kalau aku menyadarkan diri ku sebelum Rama datang.

Hari berlalu. Gk ada kabar tentang Rama. Kami pergi ke rumahnya, tapi gk pernah ada yang nyahut. Mau loncat pagar, pagarnya ketinggian. Banyak satpam juga yang bakal ngeliat. Satpamnya ditanyain, gk ada yang tahu. Kita coba tanya ke teman-teman sekelasnya, gk ada yang tahu juga.

Udah seminggu berlalu. Hari-hari masih sama tentang Rama yang menghilang. Yang ada cuma nyokap yang menjadi-jadi nyuruh aku sama Caca jalan bareng tiap hari. Tapi kami masing-masing tahu apa yang harus kami lakukan. Setelah di luar, kami pergi ke pasangan kami masing-masing. Tapi hari ini berbeda. Dimulai dari Rama.

Pagi itu aku masih sempat ngecek kehadiran Rama di sekolah. Tapi dia masih belum sekolah. Aku dan Heri pun memutuskan untuk bertanya ke kesiswaan. Dan setelah itu kami tahu bahwa Rama sudah pergi. Dia pindah ke Singapura. Tempat bokapnya lebih banyak menghabiskan hari dibanding di Indonesia. Tempat nyokapnya selalu pulang dan meninggalkan dia sendirian di Indonesia. Ya, kalau dipikir-pikir dia emang udah sebaiknya ke sana. Berkumpul dengan keluarganya. Dia bilang dia bertahan di sini karena aku. Aku yakin itu hanya gombalannya. Yang pasti, sekarang dia pergi karena aku. Karena cinta kami menyakitinya.

Aku pun mulai berpikir untuk melanjutkan hidup ku. Bukannya aku ingin bersikap kejam dengan melupakan Rama, namun jika aku terus memikirkannya, masalah tidak akan pernah selesai. Dia sudah di Singapura dan aku masih di sini. Dia akan melanjutkan hidupnya di sana dan aku pun harus melanjutkan hidup ku. Ya, meskipun masih pantas bagi ku merasa bersalah atas dirinya. Karena di sini aku bersama dengan orang yang aku cintai, sementara ia di sana entah masih memikirkan ku atau tidak.

“San, Dika udah siap ketemu sama nyokap gw.” ucap Caca saat kami sudah duduk bertiga di kantin.

“Her, sini yuk!” panggil ku saat melihat Heri berdiri di beberapa meja di dekat kami. Dengan senyum manisnya dia berjalan ke arah kami.

Aku memberikannya tempat duduk di samping ku sementara Caca dan Dika di depan ku terlihat penuh tanya. Antara terkejut, heran, tidak percaya, dan menebak-nebak. Mungkin mereka bertanya, ada hubungan apa di antara kami dan kenapa pula aku memanggilnya ke sini. Tenang, akan aku jelaskan.

“Ini Heri. Tentunya kalian udah kenal sama dia sebagai atlet unggulan sekolah kita. Tapi aku manggil dia ke sini untuk membantu kita menyelesaikan masalah ini.” Mereka hanya saling pandang dan kami siap beraksi.

Kini kami di depan rumah Dika. Sesuai rencana, kami akan lebih dulu berhadapan dengan nyokapnya Dika. Sementara bokap mereka masing-masing tidak begitu peduli menurut pengakuan mereka. Ya, kalau masalah membujuk seorang bapak, pastilah sulit untuk kami lakukan.

“Mah, kenalin ini Sandi.”

“Siang Tante.” Ucap ku memberi hormat. Nyokapnya Dika hanya tersenyum. Maka aku pun mengambil inisiatif untuk menyebut nama Caca di sana.

“Kita juga datang sama Caca Tante. Gk apa-apa kan?” nampak kekesalan dari wajah nyokapnya Dika. Beliau melirik Dika sejenak lalu mengajak Dika untuk bicara sebentar. Tapi Dika tidak mau. Dia langsung mengutarakan apa yang ingin ia utarakan.

“Ma, sampai kapan? Sampai kapan aku sama Caca harus sembunyi-sembunyi kayak gini? Hanya karena mama ada masalah sama mamanya Caca bukan berarti kami juga harus bermasalah kan? Katanya mama sayang sama aku. Tapi kenapa gk mau ngertiin perasaan aku sama Caca?” nyokapnya Dika terlihat geram dan hampir membuka mulutnya. Tapi Heri tiba-tiba masuk dan berkata.

“Maaf Tante! Tapi saya juga kasihan sama Dika sama Caca. Hanya karena orangtua mereka pernah berseteru, mereka gk bisa menjalani kehidupan cinta mereka dengan baik. Bukan maksud kami ingin membantah Tante, tapi coba Tante pikirin kebahagiaan anak-anak Tante. Kalau saya jadi Dika, pasti saya akan merasa tidak adil. Kakak saya menikah dengan orang yang dia cintai, sementara saya bahkan tidak dibolehkan berpacaran dengan orang yang saya cintai. Dan itupun bukan karena kesalahan saya. Itu hanya masalah pribadi mereka.”

“Diam kamu!” bentak nyokapnya Dika hingga kami tersentak. “Kalian semua pergi dari sini. Jangan coba-coba menghasut anak saya!” teriak nya lagi.

“Mama?” ucap Dika tidak terima. Dan dia jadi orang pertama yang pergi. Kami mengejarnya dan mencoba menenangkannya. Tapi ia bahkan sudah tidak ingin lagi tinggal di rumahnya. Sekarang rencana kami tidak berjalan lancar. Tapi besok kami harus melanjutkan ke rumah Caca. Dan untuk malam ini, Dika akan menginap dengan Heri. Ah,, sungguh gila. Kami sampai melakukan hal seperti ini untuk membela cinta yang kami miliki dan orang yang kami cintai.

Episode Selanjutnya Klik Di Sini Say ;*

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pertama dengan Si Dia

Cowok Cantik Part 1

Love Season Part 8