Pengalaman Pertama dengan Si Dia

Halo teman-teman, ketemu lagi. Yap, kali ini aku mau ngepost ulang kisah dari blog lama aku Cerita Gay Khusus Cowok yang berjudul Pengalaman Pertama Menghisap *sensored* dan kuubah jadi Pengalaman Pertama dengan Si Dia. Meskipun isinya cukup "Membahana", tapi aku tetap ingin mengunggahnya kembali di sini, kenapa? Karena pengen aja, sayang kalau karya dibuang-buang. Selain itu, bisa buat refreshing juga bagi kalian yang suka basah-basah. Eheh :B

Reminder juga, karena kontennya memuat muatan yang bisa dibilang "Ulala", jadi buat kalian yang tidak sedang mencari konten semacam itu bisa langsung ke cerita-cerita ku yang lain yah masih cute-cute. Silahkan jelajahi arsip dan label blog buat lebih gampang atau nikmati beberapa cerita di list berikut :

Berikut beberapa cerita yang masih aman kalian baca :
Cerita Cinta Dunia Pelangi : Menghapus Jejakmu
Cerita Cinta Dunia Pelangi : Cowok Cantik

Pengalaman Pertama dengan Si Dia

Suatu sore, aku berjalan melewati sebuah gedung olahraga. Dari jauh, samar ku lihat seseorang yang sepertinya tak asing bagiku. Ia berlari kearahku. Aku masih menebak siapa dia.

Deg, serasa jantungku berhenti berdetak. Wajah itu, dia Dion. Aku mencoba mengibarkan seberkas senyum padanya. Tapi dengan cueknya dia melewatiku seperti tak pernah melihatku. Hatiku sedih    dan kecewa. Tak penting lagi sekarang aku mau kemana. Aku tertunduk merasa kesal karena diacuhkan olehnya. Tak sadar aku sudah berdiri di atas sebuah bus Trans.

“Mau kemana aku?” pikirku. “Biarlah aku berkeliling saja” jawabku lagi.

Halte berikutnya kulihat banyak sekali penumpang yang akan naik. Sepertinya akan sangat menggerahkan. Benar saja, matahari seakan menyisakan hawa gerahnya khusus untukku. Membuat tubuhku menitikkan puluhan atau bahkan ribuan titik keringat.

“Aku benci hari ini!” ucap batinku.

Bus Trans ini lajunya benar-benar menguntungkan bagi mereka yang OMES. Mereka selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk sekadar menyentuh bagian sensitif wanita. Dan itu membuatku kasihan pada kaum wanita. Ditambah lagi, tiba-tiba bus bodoh ini ngerem mendadak.

“Bullshit sekali supir ini.” makiku dalam hati.

“Dan kenapa pula orang di belakangku ini masih nempel aja?!” gumam hatiku kesal.

Satu detik.. Dua detik.. Tiga detik..

Hatiku panas.

Empat detik.. Lima detik..

Aku benar-benar kesal sekarang.

Kutarik nafasku dalam-dalam. Mencoba tenang kembali. Kenapa orang ini begitu lengket dan nempel padaku? Aku mencoba menyusun skrip untuk dapat melihat wajah orang ini. Tapi aku tak punya ide, otakku buntu karena Dion mengacuhkanku. Aku ingin membalikkan wajahku. Tapi jika itu ku lakukan, aku yakin hidungku akan tepat mencium hidungnya. Huft, terpaksa kubiarkan ia menempel.

Sedikit lama posisi itu bertahan hingga halte berikutnya. Kini kesempatanku melihat wajah orang brengsek ini. Maka ketika orang-orang sibuk turun, aku memajukan tubuhku sedikit lalu menengok ke arah belakangku.

Dia tersenyum. Entah kenapa orang itu tersenyum padaku. Dan bodohnya aku tidak menyadarinya. Orang itu adalah Dion. Aku mencoba membuka mulutku untuk protes. Tapi tangannya lebih dulu menarik tanganku dan menyeret ku ikut bersamanya. Kini kami diluar bus bodoh itu. Aku memilih tak bicara. Dion masih menarikku. Entah kemana. Belok kiri. Masuk gang. Belok kiri. Masuk rumah keluar rumah. Jalan yang aneh. Hingga kami sampai di depan sebuah rumah kecil. Kepalaku penuh pertanyaan dan aku memilih diam dibandingkan menghabiskan suaraku. Lalu Dion memulainya.

“Ayo masuk!"

“Ngapain? Males ah. Ini rumah siapa lagih?" tolakku sedikit menaikkan nada suaraku.

"Ayolah lagi pengen nih." wajahnya memelas. Kemudian Dion meraih tanganku dan menuntunnya ke arah pedangnya yang keras lengkung di balik celananya. Aku tak bisa berkata apa-apa. Jantungku berdetak seperti suara kereta api yang sudah tua. Darahku berdesir hangat. Tak mau menunggu lama, Dion menarikku masuk tanpa sempat aku melawan.

Setelah mengunci pintu kamar itu Dion dengan cepat memelukku. Dia benar-benar sedang ingin rupanya. Tak tahan dipeluk erotis olehnya aku mulai beraksi. Ini pertama kalinya bagiku. Aku mencium bibir bawahnya lalu ku hisap. Kemudian bibir atasnya kuperlakukan adil. Aku mencoba masuk mencari kenikmatan di balik dua bibir seksi itu. Aku melakukannya dengan cukup lamban meski diisi oleh hasrat yang bercampur dengan kecanggungan. Dion tak bereaksi penuh, ia hanya menerima sapuan demi sapuanku. Ia menarik pinggangku mendekatkan tubuhku padanya hingga menempel. Terasa jelas kerasnya pedang milik Dion beradu dengan milikku. Bibir Dion sangat nikmat begitu pula lidahnya. Sekitar lima menit kemudian aku berhenti melakukannya.

"Sial, ini salah." ucapku mencoba memberi keterangan semampuku.

Dion nampak kesal, air mukanya yang senang santai tadi kini berubah kasar. Benar saja, tak terima aku berhenti, ia memaksaku. Menciumiku dengan kasar dan ganas. Mengunci kedua tanganku dengan kepalannya yang kokoh. Aku tak dapat lepas. Ia menghisap bibir dan lidahku sangat kuat. Tiga menit aku kembali sadar telah kembali berkuluman lidah dengannya. Suara gumaman kami mengisi adegan ini. Dion lalu melepas ciumannya.

“Sekarang yah sayang, aku yakin kamu bakalan suka.” Pintanya dengan nafas yang memburu.

Hatiku ragu dan takut mencobanya. Tapi sebuah ciuman lembut mendarat seakan menghipnotisku untuk menjawab ‘Ya’.

Sekarang aku berjongkok tepat dihadapan pedangnya yang masih terbungkus celana dalamnya itu. Aku melihat ada basahan di sekitar cetakan kepala batangnya. Aku yang baru pertama kali melakukan ini berinisiatif sendiri. Aku mulai menciumi area basahan itu, menjilati dan mengemut batang keras itu dari luar celana dalamnya. Aku melakukannya hingga celana dalamnya basah sebagian oleh liurku. Saat aku melihat ekspresi Dion yang menikmati jilatanku. Aku semakin bersemangat. Aku naik menjilati hingga ke karet celananya. Kugigit dan aku tarik hingga pedang kenikmatannya menyembul dengan tegak dan kokoh.

"Ayo sayang cepetan isep!" Dion memegang kepalaku dan menariknya hingga batangnya masuk sampai kerongkonganku. Rasanya sesak hingga aku agak kesulitan. Namun aku tetap berusaha mengimbanginya. Dion memaju mundurkan kepalaku seirama dengan gerakan batangnya. Kini ia seakan menyetubuhi mulutku.

"Mmmm.. Hhaahh... Hoohh.. Mhhh.. Hmm.." hanya gumaman kenikmatan itu yang dapat ku suarakan. Dion melepas tangannya dari kepalaku, aku mengangkat wajahku. Kulihat matanya merem melek menikmati penetrasinya di mulutku. Aku semakin bersemangat. Gerakanku semakin cepat dan semakin kuhisap dalam-dalam seluruh batang kejantanannya.

"Aahh... Ooohhh.. Uuuhhhmmm... Ee nakk.. Shhh... Ehhmm.. Enak ss ayanng.. Aa yo terusss" desahan demi desahan kenikmatan keluar dari mulutnya.

"Uhm.. Ehhh.. Hoohh.. Mm. Mmm. ..aahhm.. Mm.. Oummmhh.." gumaman dan desahan memenuhi ruangan itu.

"Hohhsss... Uhmm... Ssshhh.. Haaah... Hhsstcz.. Hssstt huuhhh.. Hhmmm enggg... Enak banget sa yaaa.nngg... Uhhmmm" suara desahan Dion sangat bisa menambah gairahku.

Aku menghisap batangnya semakin lincah.. Uhmm.ohhw..

"Mmm... Eemmm.. Uhhmm.. Mwmmw... "

"Sssghh... Ssaa yyaaanngg,.. Enakk.. Ayo sss aaayang..."

Aku semakin mempercepat gerakanku.

"Ahh... Sssshhh... Hosshh.. Uhhmm.. Hhmmpp.. Saya ang.. Aku mau..."

"Crrooottt ... Crooottt cccrrrooootttsss... Crrooott.. Ccrotttt.. Cccrroott" tak selesai kata-katanya ia menembakkan cairan kejantanannya di mulutku banyak sekali hingga menetes keluar dari sela bibirku. Karena baru pertama kali menelan cairan seperti ini, aku merasa seperti menelan nasi satu suapan besar. Aku panik mencari air minum.

"Air.. Aku mau minum.." teriakku darurat. Tiba-tiba Dion menarikku. Ia kembali menciumku, menjilati sisa cairannya di mulutku. Lidahnya menyelinap kedalam mulutku. Lidah kami beradu. Ia memberiku liurnya menggati minumanku. Aku dengan senang hati menerimanya. Liur kami bercampur dengan cairannya. Tak lama ia melepaskan ciumannya.

"Gimana? Udah gk haus lagi kan?"

*Hari ini berubah jadi hari yang indah bagi ku

*Aku juga berubah menyukai orang mesum yang mengambil kesempatan dalam kesempitan bus Trans. Tapi hanya satu orang. Dan dia adalah Dion. Laki-laki yang ada di hadapanku saat ini.

Note : Kisah ini saya ketik 2 Tahun lalu untuk seseorang yang saya kenal lewat akun VK. Tapi sekarang kami sudah tidak saling berkomunikasi lagi. Nah, berhubung kisah ini sudah lusuh, baik alur maupun kata-katanya, maka saya memutuskan melakukan pembaharuan.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cowok Cantik Part 1

Love Season Part 8