Posts

Showing posts from October, 2018

Cowok Cantik Part 17

Cowok Cantik Part 17 “Gw gk tahu kalau lo sebejat ini San.” Itu kata-katanya. Laki-laki di seberang sana.. dan aku baru sadar, bahwa dia adalah Rama. Rama berlari ke luar dan aku ambruk ke lantai. Heri tidak sempat melihat ku karena dia pergi mengejar Rama. Entah apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkin Rama akan sangat membenci aku dan sampai membocorkan tentang kami ke semua orang. Atau dia hanya akan pergi meninggalkan kami dengan menyimpan semua ini sebagai rahasianya sendiri. Aku harap ada yang lebih baik dari itu. “Ini salah ku sayang. Rama udah pergi.” Ucap Heri setelah kembali mengejar Rama. Aku tak berkata apapun. Ini juga salah ku. Tak mungkin ini terjadi kalau aku menyadarkan diri ku sebelum Rama datang. Hari berlalu. Gk ada kabar tentang Rama. Kami pergi ke rumahnya, tapi gk pernah ada yang nyahut. Mau loncat pagar, pagarnya ketinggian. Banyak satpam juga yang bakal ngeliat. Satpamnya ditanyain, gk ada yang tahu. Kita coba tanya ke teman-teman sekelasnya, gk ad

Cowok Cantik Part 16

Cowok Cantik Part 16 Setelah pertemuan siang tadi, aku sama Caca terus chattingan. Kita ngebahas gimana caranya buat jelasin ke dua nyokap bahwa kita ini gk saling suka. Masalahnya, nyokapnya Caca gk setuju sama hubungan Caca dengan Dika. Jadi mereka lanjutin dengan Backstreet. Sementara aku, gk mungkin buka-bukaan bahwa aku lagi pacaran sama Heri. So, inti masalahnya sekarang bukan pada bagaimana membuat mereka mengerti bahwa kami tidak saling cinta, tapi bagaimana membuat mereka menerima apa yang kami rasakan. Jadi untuk ke depannya gk akan ada lagi backstreet dan pemaksaan kehendak. Yap, menurut ku dicomblangin seperti ini sama saja dengan pemaksaan kehendak secara tidak sadar. Akhirnya hari pun berlalu. Aku minta Caca sama Dika nungguin aku di kantin sekolah buat ngomongin masalah percomblangan itu. Dan sengaja aku gk bawa Heri karena takut mereka curiga. Kok bisa aku tiba-tiba dekat sama Heri? Kan bisa berabe. “Hey..” ucap ku menyapa mereka. “Hay..” balas Caca dan Dika ha

Cowok Cantik Part 15

Cowok Cantik Part 15 Rama terlihat terkejut. Dia baru saja mendengar pengakuan dari orang yang disukainya. Pengakuan yang mematahkan hati dan cintanya. “Gw, minta maaf Ram. Awalnya gw juga gk ngerti kenapa bisa begini. Tapi gw sadar, kalau gw udah jatuh cinta sama Heri. Mungkin Lo nganggap gw ini munafik. Gw udah ngehina lo, tapi ujungnya gw juga jatuh cinta sama cowok. Karena itu gw minta maaf.” Ucapku tidak karuan. Sebab ekspresi Rama sangat tidak bisa aku baca. Apakah dia marah atau apa. “Ram?” panggil ku khawatir. “Tapi kenapa Lu harus minta maaf ke gw? Kenapa kemarin Lu datang ke gw? Dan kenapa harus dia? Dan bukan gw?” tiba-tiba dia berteriak. “Ram,,” kata ku bingung. Heri sendiri masih terkejut. “Terus apa maksud ciuman lo itu? Lu mau mempermainkan gw?” bentaknya sekali lagi. “Bukan gitu maksud gw. Please jangan salah paham!” ucap ku membela diri. Aku mencoba meraih Rama, tapi dia menepis tangan ku. Melihat hal itu membuat Heri tak ingin diam saja. Dia bangkit d

Cowok Cantik Part 14

Cowok Cantik Part 14 Aku Sandi. Cowok cantik yang gk suka dipanggil cantik. Setelah beberapa masalah terjadi karena aku tidak terima dianggap maho, aku pun jatuh cinta sama seorang cowok maho dan ikut menjadi maho. Sayangnya, cinta yang baru mekar itu mungkin akan patah kembangnya. Karena di sana ada nyokap ku yang udah berdiri dengan satu pertanyaan yang amat-sangat sulit. “San, Heri itu siapa?” Aku terdiam. Hanya bisa diam. Aku gk tahu harus jawab apa. Aku takut kalau nyokap ku sudah tahu, tapi aku malah menjawabnya dengan kebohongan. Itu akan membuatnya sangat kecewa. Tapi jika dia belum tahu dan aku menjawab pertanyaannya dengan jujur, aku akan ketahuan. “San?” “Iya, Mah?” jawabku pura-pura bingung. “Heri itu siapa?” “Heri itu temennya abang, Mah.” Ucap seseorang yang bukan aku. “Ooh.. Ini tadi mama mau nyimpen sarapan kamu di sini, terus hapemu bunyi. Mama liat, udah mati aja. Udah gih, kamu ganti baju dulu. Abis itu sarapan. Mama mau ke luar.” Aku mengangguk. Leg

Cowok Cantik Part 13

Cowok Cantik Part 13 Kami berdua berciuman mesra. Hangat dan dalam. Sebuah ritual yang menjadi pernyataan tegas akan perasaan kami. Perasaan saling terikat. Saling mencintai. “Uhm..” aku bergumam setelah kami saling melepaskan ciuman kami. Nafas kami sedikit sulit diatur. Tapi akhirnya kami menjadi tenang. “I Love you, San.” Bisik Heri di dekat wajahku. “I Love you too.” Balas ku memeluknya. Heri membalas pelukan ku. Lama dan hangat. Kami berduaan di sebuah kuburan di dekat sebuah Villa yang ternyata milik orang tua Heri. Ia bersandar pada sebuah pohon sambil memeluk ku dari belakang karena aku juga bersendar padanya. Tangan kanannya sedikit memainkan rambut ku dan tangan kirinya aku mainkan. “Tapi,, gimana sama Rama?” katanya membuatku teringat pada kejadian tadi siang. “Her,,” kata ku pelan. Aku ingin menceritakan kejadian tadi pagi kepadanya. Aku gk mau nyimpan rahasia apapun darinya yang pada akhirnya bikin dia salah paham. “Gk apa-apa kok.” Jawabnya dengan senyuman.

Cowok Cantik Part 12

Cowok Cantik Part 12 Aku sedang memeluknya. Tanpa rasa khawatir, tanpa rasa takut. Entah ini di sebut apa. Perasaan ku padanya, mengalahkan semua beban yang ada dalam pikiranku. Semua beban yang mencoba memberi batas antara aku dengannya. Nyaman. Hangat. Berdetak kencang. Berdebar. Dan menyatu. Itulah yang aku rasakan waktu memeluknya dengan erat. Aku menikmati setiap saatnya. Menikmati detak jantungnya yang dirasakan oleh tanganku. Merasakan desiran aliran darahnya yang memanas. Dan mencoba membiarkan dia ikut merasakan apa yang aku rasakan. Begitu hangat dan gk ingin aku akhiri. Her, kenapa kita bisa begitu dalam? Kenapa cinta ku sama kamu bisa begitu dalam? Padahal seharusnya kita berdua gk boleh memiliki perasaan ini. Tapi kenapa aku pengen selalu bisa meluk kamu kayak gini. Pengen selalu di dekat kamu kayak gini. Aku pengen kita berdua selamanya seperti ini. Tanpa campur tangan dunia. Tanpa campur tangan waktu. Tanpa campur tangan akal sehat. Tanpa campur tangan kenyataan.

Cowok Cantik Part 11

Cowok Cantik Part 11 "Maaf, Ma?" ucap ku pelan. "Shh.. Mama yang harusnya minta maaf." Aku memeluk nyokap ku erat sebagai bukti penyesalan ku. I’m so sorry, Mom! "Gk usah minta maaf, Mah. Aku juga gk akan minta maaf lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Yang sekarang, kita jalani aja apa adanya. Sandi janji, gk akan bikin mama kecewa. Gk akan nyakitin mama lagi. Gk akan bikin mama khawatir lagi." Aku berjanji banyak hal untuk menghibur nyokap. Tapi itu bukan berarti aku gk serius. Aku serius. Rasanya senang banget bisa meluk nyokap lagi. "Apa maksud kamu gk bakal kecewain mama? Jangan bilang kamu mau pacaran sama cowok cuma demi mama, gk!" sergah nyokap serius. Dia benar-benar marah. Aku sempat bingung kenapa nyokap bisa berubah pikiran kayak gini. "Mama gk akan maafin kamu dan diri mama sendiri kalau kamu sampai pacaran sama cowok." lanjutnya membuat ku semakin takut menceritakan kebenaran yang aku alami sekarang. Kebenaran bahwa

Cowok Cantik Part 10

Cowok Cantik Part 10 Tangan ku bergerak sendiri menyentuh tangannya. Aku menggenggam tangannya mesra. Heri terdiam. Dia pasti bingung mau ngomong apa. Sementara aku masih terus menggenggam tangannya meski kesadaran ku sudah memulih. Aku sekarang sadar bahwa aku memang pengen nggenggam tangan Heri. Pengen dekat sama dia, dan gk rela buat berpisah darinya. Tenot.. Suara handphone ku mengagetkan kami. Ada satu pesan chat dari Rama. "Udah ketemu? Kalau udah, kalian pulang dulu aja. Gw gk apa-apa kok. Paling nyokap gw udah di jalan mau ke sini. Oh iya, nitip salam buat Heri." "Siapa, San?" tanya Heri melihat ku yang sibuk membaca pesan Rama. "Dari Rama. Dia nitip salam buat kamu." kata ku menjawab. "Gw balas dulu yah, bentar." kata ku sekali lagi. Heri mengangguk dan aku lanjut membalas chat Rama. "Iya, Ram. Kita pulang dulu yah. Cepat sembuh! Klo udah pulang, line gw. Salam buat nyokap lo. Maaf gw gk bisa lama. See you!" te

Cowok Cantik Part 9

Cowok Cantik Part 9 Rama mencium ku di tengah kata-kata ku. Cukup untuk membuat ku diam. "Gk ada maaf lagi. Ok?" katanya pelan melepas ciumannya. Apa yang harus aku lakukan? Apa arti ciuman ini? Aku gk mau marah lagi dan membuat semua ini jadi sia-sia. Tapi kenapa harus ciuman? Dan, apa yang aku pikirin? Kenapa aku,, aku gk mungkin seneng, kan? Aku, aku bukan maho. Tapi kenapa jantung ku berdetak sekencang ini? "Lu gimana kabar?" katanya menginterupsi seluruh alur pikiran ku. "Gw baik-baik aja, kok. Cuma agak kerepotan aja ngurusin masalah tanpa lo." jawab ku mencoba menenangkannya. Aku sama Rama rasanya udah kayak sepasang kekasih yang udah rindu tak bertemu lamaaa banget. Saling mengusap tangan dan berbagi kehangatan secara tidak sadar. "Lu sendiri? Udah baikan?" tanya ku sedikit penasaran bercampur khawatir. Meskipun dengan melihatnya saja aku harusnya sudah tahu, tapi keadaan sekarang memaksa ku menanyakannya untuk menyamarkan

Cowok Cantik Part 8

Cowok Cantik Part 8 "Den Rama? Den Ramanya masih di rumah sakit, Den." "Rama di rumah sakit? Sejak kapan, Bi?" tanya ku panik. Kalau boleh jujur, dada ku waktu itu serasa kayak ditendang pas di ulu hati. Sakiit banget. "Sudah dua hari, Den. Mag kronisnya kambuh. Soalnya pas pulang dari sekolah hari rabu, Den Rama ngurung diri di kamar. Besoknya bibi lihat den Rama pulang sekolah jam 8 pagi. Terus ngurung diri lagi. Den Rama gk makan apa-apa selama dua hari, Den. Malamnya mama sama papanya maksa masuk kamar sampe di dobrak. Eh, taunya Den Rama udah pingsan." "Makasih Ya, Bi. Kalau gitu. Kita pamit dulu." ucap Heri memberi hormat pada pembantu Rama.   "Yuk, San!" lanjutnya menarik tanganku. Sementara aku masih sulit mengendalikan diri ku. Ada rasa shock yang amat mengguncang batin ku. Dan Heri menyadari itu. Itulah kenapa dia mengambil alih. "Ini semua karena gw." gumam ku mulai menerang di telinga Heri. "L

Cowok Cantik Part 7

Cowok Cantik Part 7 Sudah 2 hari berlalu. Muka ku udah kayak mayat hidup sekarang. Pucat, kurus, dan gk ada gairah. Masalah di rumah ku belum selesai. Nyokap ternyata pergi ke luar kota buat nenangin diri. Aku jadi merasa bersalah sama semua orang. Rama, Mama, dan semua orang yang menyayangi mereka. Aku ngerasa bertanggung jawab atas apa yang mereka rasakan dan apa yang kerabat mereka rasakan setelah melihat keadaan mereka. Seperti Nyokap ku misalnya. Aku juga merasa bertanggung jawab sama Bokap dan Putri karena udah bikin orang yang mereka sayangi jadi terluka. Ya, meskipun aku tau kalo aku juga gk patut disalahkan. "Gw duluan." ucap ku lesu dan dingin pada Putri. Selain karena pikiran yang menguras tenaga, aku memang masih menghindari percakapan dengan adik ku ini. Sontak hal itu membuatnya nampak enggan padaku. Sementara aku, aku lanjut berangkat sekolah menggunakan taksi. Ya, bahkan meskipun jaraknya masih dekat untuk bersepeda dan bokap juga punya mobil, aku cuma ny

Cowok Cantik Part 6

Cowok Cantik Part 6 "Lu lihat Rama, gk?" Tanya ku ke salah satu cewek yang lagi asik duduk di kelas mereka. "Rama? Dia gk masuk kelas tadi." jawab cewek itu sambil matanya gk berhenti natapin aku. Dan ada yang aneh sama ekspresinya. Tapi aku mulai gk peduli sama tatapan cewek itu. Sama kayak gk pedulinya aku sama tatapan anak-anak yang dari tadi aku lewatin. Aku gk harus ambil pusing karena mereka. Jika mereka ingin menatap, aku biarkan. Menyapa, aku balas. Mencibir, aku acuhkan. Intinya terobos. "Dia tadi sekolah, masa sih dia gk masuk kelas? Lu gk bohong, kan?" tanya ku mencari kepastian. "Gk kok. Dia mungkin sekolah, tapi dia gk masuk kelas. Mungkin dia malu. Dia nulis surat cinta buat lo di mading sekolah. Lo udah baca, kan?" "Hah? Surat cinta? Mading? Pantesan anak-anak gk berhenti natapin gw." sambung ku mengerti. Segera aku menuju ke mading untuk membaca surat yang cewek itu maksud. Tap,, tap,, langkah ku berhenti.

Cowok Cantik Part 5

Cowok Cantik Part 5 Dan aku di sini. Duduk berhadapan dengan Heri. Cowok seangkatan ku yang terkenal karena tangguh dan tak terkalahkan dalam dunia olahraga. Mau beladiri, basket, sepakbola, badminton, volley, takraw, lari, sampai catur sekalipun dia babat. Dia bahkan jadi team leader alias kapten di tim basket sekolah. Hanya saja, dia sering sekali terlibat perkelahian dan tawuran. Gk tau juga kenapa. Makanya dia terkenal. Rama aja yang katanya udah main basket sejak smp kalah sama dia. "Shsh..." desisnya sesekali saat sapu tangan ku menyentuh bagian lukanya. Ku lihat tangan ku yang putih pucat ini sekarang sedang menekan-nekan lukanya dengan telaten. Lembut dan menyeluruh. Setelah yakin lukanya sudah steril menggunakan cologne, aku ngeluarin selembar handsaplast buat dia. Terus aku potong dikit biar gk terlalu ngejreng waktu dia pakai. Rasanya lumayan seru. Lalu aku mulai nempelin plaster itu ke pelipisnya. Tep, tangan ku serasa digenggam. Iya, Heri yang menggenggamnya

Cowok Cantik Part 4

Cowok Cantik Part 4 Aku masih di toilet. Bersama seorang cowok yang sangat aneh dan membingungkan. "Lu geer banget sih? Emangnya tampang gw se-mesum itu?" katanya sambil mengelap pelan darah pelipisnya. Aku bingung mau jawab apa. Rasanya malu juga. Tapi aku gk boleh kehilangan muka. "Iya muka lo itu mesum, seram, dekil. Mirip kriminal. Lagian, klo gk mau macam-macam, lu tadi mau ngapain majuin muka lo ke muka gw?" ujarku yang dibalasnya dengan gelengan ringan. Sambil menarik dalam nafasnya, dia memutar matanya keatas. Lalu menghembusnya keras. "Gw gk tau darimana datangnya over-PD lu itu. Yang pasti itu nyusahin. Lo pasti gk mau kalah meskipun udah tau salah. Intinya, tadi gw cuma mau mastiin aja." jawabannya cukup menusuk. Karena dia adalah orang pertama yang mengatakan itu padaku selain diri ku sendiri. Dan mengetahui kenyataan itu keluar dari mulut orang lain, aku ngerasa benar-benar down. Ternyata aku se-salah itu yah? Tapi aku gk mau lama

Cowok Cantik Part 3

Cowok Cantik Part 3 Selama perjalanan ke sekolah, aku gk berhenti mengutuk diri ku sendiri. 2 hari ini rasanya sudah seperti 2 tahun saja. Lama dan menguras tenaga. Lebih-lebih setelah aku sampai di sekolah nanti. Bagaimana cara ku memalingkan muka dari teman-teman yang menatap ku? Shit! "Sandi! Sandi, gw mau ngomong sama lo." teriak Rama saat melihat ku datang. Dia nungguin aku di tempat parkir rupanya. Jujur saja suaranya menambah kekesalan ku. Gk puas-puas rupanya dia gangguin aku. Sekarang rasanya seluruh dunia akan jadi musuh ku. "San, gw minta maaf sama lu, San! Plis maafin gw. Gw tau gw salah. Gw janji gw bakal bersihin nama lo. Yang suka sama lo cuma gw. Lo gk suka sama gw. Lo bukan maho kayak gw. Bener, kan?" aku berhenti. Kaki ku yang sedari tadi melangkah cepat menghindari Rama sekarang berhenti setelah mendengar dia mengutuk dirinya sendiri. Aku gk mau dia sampai ngelakuin itu. Aku ngerasa udah jadi orang terjahat di dunia. Dia, teman ku, sampai

Cowok Cantik Part 2

Cowok Cantik Part 2 Hari berlalu. Pagi pun tiba. Aku baru keluar dari pintu kamar ku yang dicat warna biru langit sama nyokap. Cute banget sih, kesannya juga nyambung sama aku yang penampilannya kayak gini. Tapi aku sebenernya lebih suka warna hitam, masculin aja rasanya. Selain itu ini kan kamar cowok. Cuma nyokap aja yang gk bisa ditentang kemauannya. Sambil ngucek-ngucek mata ku yang masih berat dibuka, aku berjalan pelan menuju kamar mandi, takut ketahuan sama nyokap. Wajahku kayaknya kelihatan pucat karena semalam aku gk bisa tidur gara-gara mikirin Rama. Dan ini pasti akan bikin nyokap heboh. Cklek... Baru aja aku mau buka pintu kamar mandi, adek cewek ku keluar. Itu bikin aku kaget, dan kayaknya dia juga. "Eit dah, Bang! Abang ngapain depan pintu? Bikin Putri kaget aja deh." teriaknya spontan. Dia memang cerewet. Adik bungsu dan satu-satunya perempuan di rumahku. Sementara aku adalah putra kedua di rumah ini. "Ah Lebay, keluar sana! Dasar cerewet!"