Cowok Cantik Part 10

Cowok Cantik Part 10

Tangan ku bergerak sendiri menyentuh tangannya. Aku menggenggam tangannya mesra. Heri terdiam. Dia pasti bingung mau ngomong apa. Sementara aku masih terus menggenggam tangannya meski kesadaran ku sudah memulih. Aku sekarang sadar bahwa aku memang pengen nggenggam tangan Heri. Pengen dekat sama dia, dan gk rela buat berpisah darinya.

Tenot..

Suara handphone ku mengagetkan kami. Ada satu pesan chat dari Rama.

"Udah ketemu? Kalau udah, kalian pulang dulu aja. Gw gk apa-apa kok. Paling nyokap gw udah di jalan mau ke sini. Oh iya, nitip salam buat Heri."

"Siapa, San?" tanya Heri melihat ku yang sibuk membaca pesan Rama.

"Dari Rama. Dia nitip salam buat kamu." kata ku menjawab.

"Gw balas dulu yah, bentar." kata ku sekali lagi. Heri mengangguk dan aku lanjut membalas chat Rama.

"Iya, Ram. Kita pulang dulu yah. Cepat sembuh! Klo udah pulang, line gw. Salam buat nyokap lo. Maaf gw gk bisa lama. See you!" teet.. Dan semua terkirim.

"Yuk, pulang!" ajak ku menarik tangan Heri.

Di jalan, Heri nanyain aku seputar obrolan ku sama Rama. Aku gk tau apa yang sebenarnya aku harapkan. Yang pasti, aku rasa aku berharap kalau Heri bakalan cemburu sama cerita ku. Ya, tentunya dengan menghilangkan adegan kissing sama deep romance yang lainnya. Hehe..

"Jadi, besok lu mau ke sana lagi?" teriak Heri. Dia bermaksud menanyakan apakah besok aku bakal nemuin Rama di rumah sakit lagi atau gk.

"Gw sih nunggu info dari dia aja. Klo dia minta gw ke sana, ya gw pergi. Klo gk, yah,, enggak." jawab ku agak berat di bagian akhir. Heri gk nyahut. Dia diam tak bersuara. Tiba-tiba motornya tambah kecepatan. Dia menarik gasnya dengan kuat. Aku kegirangan sambil melukin dia. Apa aku beneran udah jatuh cinta sama dia? Sama cowok? Ah, itu udah gk penting lagi. Yang penting itu,, Heri yang sedang aku peluk erat ini. Semoga Lo beneran lagi cemburu, Her!

Brmm..

Suara motor besar Heri berhenti di depan rumah ku. Aku turun dari motornya dengan wajah puas. Puas melukin dia sepanjang jalan. Hehehe.. Dan kelihatannya, aura Heri yang tadi menakutkan itu, kini sudah mencair. Terbukti dengan senyum lesung pipinya yang manis maksimal di mata ku. Aku lagi di mabuk cinta guys!!

"Gw pulang dulu, yah?" katanya berpamitan.

"Uhm.." angguk ku tersipu.

"Thanks buat tumpangannya." kata ku melanjutkan sekaligus mengantarnya yang langsung menarik kencang gas motor besarnya itu. "Thanks buat tumpangan di punggung lo." centil batinku. Ingin rasanya aku meremas hati ku yang sedang gemas setengah mati saat ini. I Love You, Her!

Sekarang aku udah di dalam rumah. Rumah yang lumayan besar ini kelihatan sepi. Padahal kayaknya bokap lagi ada di rumah. Soalnya mobilnya juga ada di rumah. Adek ku Putri juga kyaknya gk ada kegiatan setiap hari sabtu. Aku jadi kepikiran nyokap. Semoga aja aku bisa cepat baikan sama nyokap. Biar kalau pulang ada yang perhatiin. Sejenak juga aku inget waktu abang ku dulu berantem sama nyokap. Dia sama kyak aku sekarang. Pulang gk berani ngucap salam keras-keras, bahkan kadang gk salam. Jarang mau ngobrol sama keluarga, sampai akhirnya dia milih ninggalin rumah. Ninggalin kampusnya dan masuk kampus lain di Singapura. Dia kabur ke singapura tanpa mengatakan apapun ke nyokap-bokap. Dia cuma pesan ke aku buat jagain nyokap. And, jangan mau jadi maho cuma buat menuhin keinginan aneh nyokap. Dia meninggalkan 2 pesan itu padaku.

"Bang?" panggil seorang cewek membuyarkan lamunan ku. Saat ku lihat matanya, dia sedang ikut menatap benda yang sedari tadi aku tatap. Foto keluarga ku yang masih ada abangnya. Itu jaman aku SD kelas 6 dan si Putri masih kelas 4. Sementara abang ku udah kelas 12 waktu itu. Dia beda 6 tahun sama aku. Setahun setelah foto itu, dia berantem sama nyokap. Foto itu seakan menyatakan salam perpisahan untuk kami. Foto keluarga dengan 2 anak laki-laki yang memegang toga.

"Kenapa, Put?" kata ku lumayan ceria. Tapi sayangnya adek ku ini gk tau caranya menimbang sikon.

"Mama,,, nungguin abang di ruang tengah." katanya kembali fokus dan membalas tatapanku. Oh My God! Help me once again, please!

Aku menunduk. Langkah ku masih ragu-ragu mendekati nyokap yang sedang duduk di sofa di ruang tengah. Perlahan aku berjalan dari samping nyokap ku menuju ke hadapannya. Aku mau duduk di kakinya. Merendah dan memohon maafnya.

"Sandi?" panggil nyokap saat dia melihat ku menunduk di depannya tanpa berani memandangnya.

"Maaf, Ma?" ucap ku pelan.

"Shh.. Mama yang harusnya minta maaf." Aku memeluk nyokap ku erat sebagai bukti penyesalan ku. I’m so sorry, Mom!

Episode Selanjutnya Klik Di Sini Say ;*

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pertama dengan Si Dia

Cowok Cantik Part 1

Love Season Part 8